Langsung ke konten utama

Ibu HJ. Mamas Penjual Dodol Asli Betawi


   
     Jelang akhir tahun, sebagian anggota masyarakat biasanya telah memiliki berencana untuk berlibur atau sekadar mengunjungi teman dan saudara. Nah dalam budaya Betawi, bertandang ke handai tolan seolah belum lengkap jika belum membawa buah tangan, salah satunya dodol betawi.

    Meski penjual dodol betawi kini makin marak, tidak banyak yang masih mempertahankan proses pembuatan dodol dengan cara tradisional. Di kawasan Batu Ampar, Condet, Jakarta Timur, salah satu pembuat dodol terkenal adalah Hajah (Hj.) Masitoh atau akrab disapa Mamas masih memakai cara ini.

    Hj. Masitoh sudah tidak terlalu ingat tahun berapa dia mulai jualan Makanan Manis gurih khas Betawi ini. kemungkinan antara tahun 1970 atau 1980-an. Meski begitu satu yang pasti, dia masih ingat perjuangannya berkeliling dari rumah ke rumah untuk menawarkan dodol jualannya. Hanya saja, kala itu bisnisnya belum berjalan lancar. Meski sudah berkeliling banyak rumah, dodolnya hanya terjual satu gulung, bahkan terkadang pernah tidak laku.

        Mamas menyebut setidaknya lima tahun dia harus berkeliling menjajakan dodol di sekitar rumahnya di Kawasan Condet, Jakarta Timur. Di daerah inilah, kala itu Mamas harus berjuang sendirian menghidupi enam anaknya, setelah sang suami meninggal dunia. Berkat kegigihannya, usahanya mulai menampakkan hasil. 

        Puncak pesanan biasanya datang ketika Bulan Ramadan. Mamas mengaku saat orang-orang sudah mulai tahu rasa dan kualitas dodolnya, pesanan untuk dodol betawi pernah mencapai 50 kuali.

        Saat ini harga jual dodolnya berkisar antara Rp90.000 per gulung sampai Rp230.000 untuk ukuran mika besar. Namun Mamas juga menyediakan berbagai ukuran tergantung permintaan pelanggan. Selain itu dia mengklaim tidak menurunkan kualitas dodol betawi buatannya, termasuk mencari bahan baku atau pemasok yang lebih murah.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Plestia Alaqad, Jurnalis Wanita Tangguh Asal Palestina

  sumber foto, internet Article by Yartika Lintang       Plestia Alaqad merupakan jurnalis asal Palestina yang berumur 22 tahun. Ia berkuliah di Eastern Mediterranean University pada tahun 2019 hingga 2022. Setelah lulus ia membagikan keahliannya di bidang jurnalistik dengan menjadi pelatih Klum Media Bahasa Inggris untuk The Press House. Selain itu dia juga menjadi editor sekaligus manajer media sosial. Plestia Alaqad kini aktif melaporkan kabar terkini terkait situasi di Gaza. Plestia Alaqad juga, disebut sebagai wanita tangguh di tengah perang.        Plestia Alaqad aktif membagikan pembaruan terkini tentang Gaza melalui akun Instagramnya, @byplestia. Salah satu cerita yang ia bagikan adalah saat ia terpaksa meninggalkan rumahnya setelah militer Israel mengebom apartemennya, sebuah kejadian yang mengejutkan banyak orang. Kabar terbaru dari Reuters mengabarkan bahwa Plestia Alaqad terpaksa mengungsi ke rumah temannya setelah kejadian tersebut.       Namun kekhawatiran tidak berhenti

Pak Dede: Navigasi Kehidupan di Eretan Legendaris Kota Bogor

    Di dalam aliran tenang sungai di Kampung Keramat Panaragan, Kota Bogor, terdapat kisah yang terukir dalam tiap kayuhan perahu eretan. Pak Dede, seorang jasa perahu eretan, meneruskan tongkat estafet bisnis keluarganya dari sang legendaris, Pak Maman. Ini bukan sekadar perjalanan menyeberang sungai, melainkan sebuah warisan keluarga yang membentang dari generasi ke generasi. Mengukir Jejak Warisan Pak Dede bukan hanya seorang perajin perahu eretan, melainkan penjaga suatu warisan yang melibatkan lebih dari sekadar kayu, besi dan air. Ayahnya, Pak Maman, adalah tokoh legendaris di Kota Bogor yang mengukir jejak dengan perahu eretannya selama puluhan tahun. Kini, Pak Dede meneruskan jejak tersebut, mempertahankan tradisi dan menggenggam tongkat estafet warisan keluarga. Bisinis yang Menyusuri Sungai Waktu Perahu eretan bukan hanya sarana transportasi, melainkan bagian dari identitas keluarga Pak Dede. Bisnis ini tidak hanya berbicara tentang menyeberangkan orang dari satu

Kisah Haru di Tepi Jalan "Menunggu Pembeli Datang untuk Membeli Daganganku"

          Setiap hari, di sebuah sudut kecil di tepi jalan yang ramai, terdapat kisah yang mengharukan. Seorang pedagang kecil, dengan dagangannya yang penuh usaha dan cinta, setia menunggu pembeli yang mungkin saja berhenti sejenak untuk melihat dan membeli barang dagangannya. Di balik keriuhan kota, tersembunyi cerita seorang pedagang yang menanti-nanti kehadiran pembeli untuk menjadikan setiap hari sebagai penuh harapan. Ditemani dengan barang dangannya yaitu pernak aksesoris wanita, batu akik, dan lain sebagainya. Melalui barang yang antik sang penjual telah menciptakan sejuta kenangan dan harapan yang terkandung dalam setiap produk yang dijualnya. Menunggu bukanlah tugas yang mudah. Sang pedagang ini harus mempertahankan semangatnya meskipun terkadang ia harus menunggu berjam-jam tanpa satu pun pembeli yang berhenti. Namun, di balik senyumannya yang mulai lelah dan tatapannya yang penuh harapan, terpancar tekad untuk terus berusaha dan menjaga kepercayaan bahwa akan, ada seseora